Langsung ke konten utama

Event Dan Promosi Seru Dari Lenovo Yang Dapat Kita Ikuti Dengan Bermodalkan Laptop

(Image Source: www.lenovo.com) Ada banyak cara yang sanggup dilakukan dalam melaksanakan sebuah promosi barang atau jasa. Seperti contohnya dengan mengadakan event yang secara tidak pribadi juga sanggup dipakai untuk mempromosikan produk tertentu. Bisa juga dengan melaksanakan acara sosial yang didukung dengan memakai kelebihan yang dimiliki oleh barang-barang tertentu. Lenovo sebagai salah satu perusahaan teknologi yang banyak memproduksi barang elektronik termasuk yang juga sering mengadakan event dan melaksanakan kegiatan promosi. Ada banyak kegiatan dari Lenovo yang sanggup kita ikut hanya dengan bermodalkan laptop saja. Berikut ini beberapa event dan kegiatan promosi seru yang pernah bahkan rutin dilakukan oleh Lenovo, khususnya di Indonesia. Turnamen E-Sports Lenovo merupakan salah satu produsen laptop yang juga pernah menjadi sponsor dalam penyelenggaraan turnamen E-Sports. Sponsorship Lenovo dalam hal ini secara tidak pribadi juga sanggup bermanfaat se...

Menebar Asa Melalui Eloknya Batik Sampai Gurihnya Keripik

Semerbak aroma khas malam sesekali menyapa hidung ketika melintasi jalan Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Desa yang terletak sekitar 45 km sebelah utara dari sentra pemerintahan Kabupaten Gunungkidul itu memang mempunyai tidak mengecewakan banyak penduduk yang berprofesi sebagai pembatik.

Sangatlah gampang menemukan gerai-gerai serta rumah warga yang memproduksi batik. Begitupun ketika saya menuju ke rumah produksi batik “Rokechi” yang berada di wilayah Dusun Tanjung, RT 04/ RW 09, Desa Tegalrejo beberapa waktu yang lalu. Meskipun jalannya berliku-liku dengan banyak persimpangan, namun di tepi jalan desa itu telah terpasang papan-papan yang memperlihatkan nama rumah produksi batik milik warga. Termasuk rumah produksi batik “Rokechi” milik Suryanti ini.

Sesampainya di rumah produksi batik yang terletak di tengah dusun itu, beberapa perempuan terlihat sedang nyanting, menorehkan malam ke atas kain putih yang sebelumnya telah digambar dengan aneka macam pola. Meski terlihat khusyuk dengan pekerjaannya masing-masing, sesekali canda dan tawa mereka terdengar lepas menghangatkan suasana. Sementara di halaman samping rumah, beberapa kain batik yang sedang dijemur tampak melambai-melambai ketika tertimpa angin.

“Mari masuk ke rumah, Mas,” sapa perempuan yang dekat dipanggil Mbak Yanti ini dengan senyum khasnya.

Usai mempersilakan duduk, perempuan yang usianya belum genap seperempat era ini pun mulai mengisahkan banyak hal perihal batik. Tak lupa, ia juga mengajak saya berkeliling ke beberapa dusun di Desa Tegalrejo sembari menceritakan aneka macam acara sehari-harinya selama ini.

Suryanti merupakan salah satu pembatik muda yang mempunyai semangat besar untuk memajukan desanya. Semangat yang luar biasa itu muncul dari keprihatinan dirinya terhadap aneka macam permasalahan yang ada di sekitar tempat tinggalnya, mulai dari minimnya generasi muda yang terjun di dunia produksi batik, hingga masih banyaknya masyarakat desa yang hidup di bawah garis kemiskinan.
(Suryanti, salah satu pembatik muda dari Desa Tegalrejo/ Dok. Pribadi)

Berawal dari keprihatinan itulah, selepas lulus dari Sekolah Menengah kejuruan enam tahun yang lalu, ia tetapkan untuk memulai membatik. Ia sendiri mengaku, bahwa teknik dasar membatik yang dimiliki, ia dapatkan dari orang tuanya yang juga berprofesi sebagai pembatik. Adapun untuk kemampuan mendesain, ia peroleh dari pendidikannya ketika menimba ilmu di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta jurusan kriya.

“Semakin fokus menggeluti batik, ya sesudah tamat kuliah, Mas..” katanya menjelaskan.

Ibarat empedu lekat di hati, semenjak ketika itu, perempuan lulusan ISI tahun 2016 ini pun menjadikan batik sebagai salah satu bab yang tak terpisahkan dari hidupnya. Maka, tidaklah mengherankan ketika para Sarjana Seni Kriya yang lain lebih menentukan bekerja sebagai desainer di aneka macam perusahaan di kota-kota, ia justru menentukan untuk membuka rumah produksi sekaligus gerai batik di kampung halamannya.
(Suryanti memamerkan salah satu batik hasil kreasinya di gerai batik "Rokechi"/ Dok. Pribadi)

Di rumah produksi batik tersebut, selain Suryanti, ketika ini ada tujuh orang pembatik lain yang setiap hari bergelut dengan canting dan malam. Mereka yaitu para warga sekitar yang ingin membatik tetapi terkendala dengan persoalan modal. Hasil kerajinan batik dari para pembatik ini, selain dijual di gerai batik "Rokechi", juga dipasarkan secara online melalui media internet.

“Harganya bervariasi, Mas. Ya, kisaran Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu per lembarnya,” kata Suryanti ketika ditanya perihal harga jual batik Gedangsari hasil produksinya.

Tingginya nilai jual tersebut, tentu tak terlepas dari proses panjang pembuatan batik serta keunikan batik Gedangsari itu sendiri. Suryanti menuturkan, jika batik asal kampungnya itu memang mempunyai banyak keunikan. Salah satunya yaitu dalam hal pewarnaan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, bahwa dalam proses pewarnaan batik Gedangsari ini memakai zat pewarna alami. Bahan pewarna tersebut diolah dari sumber daya alam yang ada di sekitarnya, menyerupai daun dan kulit pohon jati, kulit manggis, kayu mahoni, daun putri malu, daun indigofera, daun mangga, dan daun jalawe. Selain warnanya tampak lebih manis dan tahan lama, penggunaan zat pewarna tersebut juga mengakibatkan proses pembuatan batik Gedangsari lebih ramah lingkungan.
(Pewarnaan batik Tegalrejo Gedangsari memakai zat pewarna alami/ Dok. Pribadi)

Suryanti pun mengaku, bahwa ketika ini dirinya semakin jatuh hati pada batik, terlebih batik Gedangsari. Baginya, batik merupakan bab dari budaya bangsa yang harus tetap lestari. Bersama kawan-kawannya yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Batik Tegalrejo, ia pun terus menggelorakan semangat membatik di kampungnya melalui aneka macam training dan pameran-pameran.

Bagaimana ditanam, begitulah dipanen. Kerja keras Suryanti dan kawan-kawannya mulai membuahkan hasil. Jumlah pembatik-pembatik muda di desanya ketika ini sudah tidak mengecewakan banyak. Terlebih sesudah Gubernur Daerah spesial Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X bersama Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim (YPA-MDR) menobatkan Desa Tegalrejo sebagai Rintisan Desa Wisata Budaya pada Agustus 2017 silam. Walhasil, kiprah batik Gedangsari yang sempat menghilang bagai ditelan bumi itu pun sekarang mulai berkibar kembali.

Semakin membanggakan, ketika para perajin batik dari Desa Tegalrejo ini telah berhasil membuat motif khas batik Gedangsari. Tercatat, setidaknya ada empat motif batik yang unik hasil kreasi dari para pembatik Desa Tegalrejo. Keempat motif tersebut yaitu Ratuning Gedangsari, Ratuning Gedangsari II, Pring Sedapur serta Sekaring Gedangsari.

Menurut Suryanti, motif-motif tersebut terinspirasi dari kekayaan alam yang ada di Gedangsari, khususnya di Desa Tegalrejo. Motif Ratuning Gedangsari, Ratuning Gedangsari II, serta Pring Sedapur masing-masing terinspirasi dari flora srikaya, pisang dan bambu. Ketiganya merupakan flora yang banyak dijumpai di kawasan ini. Adapun motif Sekaring Gedangsari tercipta alasannya yaitu begitu besarnya motivasi masyarakat untuk melestarikan keasrian alam dan budayanya.

Kini, berkat kegigihan dan keuletan para pembatik yang jumlahnya mencapai ratusan orang, batik asal Tegalrejo Gedangsari telah dikenal oleh masyarakat luas. Terbukti, batik unik asal desa yang menjadi salah satu destinasi Heritage Tour Jogja International Batik Biennalle (JIBB) pada Oktober 2018 yang kemudian ini telah tampil di aneka macam ekspo dari tingkat lokal hingga nasional. Perekonomian para pembatik pun sudah mulai membaik.
(Warga Tegalrejo ketika menyambut rombongan  Heritage Tour JIBB 2018/ Dok. KBA Tegalrejo)

Namun, bagi Suryanti dan kawan-kawannya, usaha belumlah usai. Saat ini, mereka tengah berjuang mewujudkan program-program Kampung Berseri Astra di desanya. Kampung Berseri Astra (KBA) merupakan acara Kontribusi Sosial Berkelanjutan dari PT. Astra International Tbk yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan empat pilar program. Keempat pilar acara tersebut mencakup Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan dan Kesehatan.

Melalui empat pilar acara KBA, masyarakat Desa Tegalrejo diperlukan sanggup berkolaborasi dengan Astra untuk gotong royong mewujudkan desa yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif. Tujuannya, tak lain dan tak bukan yaitu semoga kualitas hidup masyarakat yang ada di wilayah desa dengan sebelas dusun tersebut semakin meningkat.

Pemilihan Desa Tegalrejo sebagai Kampung Berseri Astra sendiri tentu bukannya tanpa alasan. Meski menjadi salah satu kawasan terluar dari Kabupaten Gunungkidul, nyatanya desa yang berbatasan pribadi dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini mempunyai sejumlah potensi yang bisa dikembangkan oleh masyarakatnya menuju predikat Kampung Berseri Astra.

Batik Gedangsari, berdasarkan Suryanti, merupakan salah satu potensi lokal yang paling diandalkannya. Ia sendiri ketika ini berperan sebagai salah satu pegiat pilar acara KBA, yaitu kewirausahaan dalam bidang batik. Selain mengatakan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat perihal kiat-kiat membuatkan UMKM batik, bersama Astra, pihaknya juga melaksanakan pendampingan kepada masyarakat mulai proses produksi hingga pemasaran.
(Peta konsep program-program KBA Tegalrejo/ Infografis oleh www.kangmasroer.com)

Suryanti sangat berharap semoga menggeloranya semangat membatik di desa yang mempunyai luas 11 hektare ini tidak hanya sekadar sebagai pelestari budaya semata. Lebih dari itu, melalui eloknya batik, ia menorehkan asa semoga kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Oleh alasannya yaitu itu, melalui kerja sama yang apik dengan pihak Astra, ketika ini ia pun tengah menyiapkan sebuah konsep wisata gres di Desa Tegalrejo, yakni paket wisata batik. Paket wisata ini berupa kegiatan edukasi perihal batik, sekaligus praktek mengenai proses pembuatannya.

“Paket edukasi batik ini, insyaallah akan kami rilis awal Januari, sembari menata bidang-bidang yang lain,” katanya dengan penuh harap.

Dalam mewujudkan harapan besarnya tersebut, Suryanti juga mengungkapkan, bahwa pihaknya merasa sangat terbantu dengan adanya delapan sekolah binaan YPA-MDR Astra. Kedelapan sekolah tersebut masing-masing yaitu SDN Prengguk 1, SDN Prengguk 2, SDN Candi, SDN Tegalrejo, SDN Tengklik, SDN Gupit, SMPN 2 Gedangsari, serta SMKN 2 Gedangsari. Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan tersebut, menurutnya, menjadi modal tersendiri bagi masyarakat Desa Tegalrejo untuk mewujudkan paket edukasi batik serta melaksanakan program-program KBA lainnya, khususnya dalam pilar pendidikan.

Lebih lanjut, Suryanti juga menuturkan, bila KBA Tegalrejo Gedangsari memang bukanlah KBA pertama di Yogyakarta. Sebelumnya, Astra telah mencanangkan KBA Kemuning di Dusun Kemuning, Desa Bunder, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul. Berbeda dengan KBA Kemuning yang telah dikembangkan semenjak tahun 2016 silam, KBA Tegalrejo Gedangsari gres dicanangkan belum usang ini. Tepatnya, semenjak 23 Oktober 2018.

“Saat ini, (KBA Tegalrejo Gedangsari) masih dalam step indentity, designing, managing. Jadi, masih dalam pemetaan dan penataan program,” kata Suryanti menjelaskan.

Meski demikian, Suryanti mengungkapkan, bahwa semangat para pegiat KBA beserta masyarakat patut diacungi jempol. Pasalnya, meski usia KBA Tegalrejo Gedangsari bisa dikatakan belumlah seumur jagung, namun aneka macam acara pilar KBA sudah berhasil mereka jalankan.

Dalam pilar acara kesehatan, misalnya. Menurut Suryanti, di Desa Tegalrejo sudah berjalan kegiatan posyandu, yang salah satu kegiatannya yaitu sosialisasi dan investigasi kesehatan bagi lansia dan balita. Kegiatan yang dilakukan secara rutin tiap bulan tersebut, dilakukan oleh dokter dan bidan desa, yang dibantu oleh kader-kader posyandu setempat.
(Pemeriksaan kesehatan bagi lansia di Desa Tegalrejo/ Dok. KBA Tegalrejo)

Selanjutnya, dalam pilar acara lingkungan. Suryanti menuturkan, bahwa untuk pilar acara ini, para perjaka Desa Tegalrejo telah melaksanakan aneka macam kegiatan. Beberapa di antaranya yaitu penanaman pohon sirsak dan srikaya sebagai tumbuhan buah khas dari Desa Tegalrejo.

“Nah, ini pohon sirsak dan srikaya yang kemarin kami tanam, Mas..” katanya dengan penuh semangat, ketika memperlihatkan tempat penanaman pohon yang dilakukan oleh para perjaka di Dusun Prengguk, Desa Tegalrejo beberapa waktu yang lalu.

Koordinator pegiat KBA Tegalrejo Gedangsari, Sri Dwi Prasetyo (33) menambahkan, bahwa pohon sirsak dan srikaya dipilih alasannya yaitu kedua pohon ini gampang tumbuh di kawasan yang berlahan sempit, serta gampang diberdayakan di kawasan yang minim air sebagaimana di desanya ini.

“Sirsak dan srikaya juga tidak membutuhkan banyak air, Mas. Sehingga, cocok untuk lingkungan yang sedikit kekurangan air,” ungkap laki-laki yang ketika ini juga menjabat sebagai Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Tegalrejo.

Pria yang dekat disapa Mas Dwi ini juga menjelaskan, bahwa untuk acara pilar lingkungan, ia juga menggandeng para perjaka yang tergabung dalam Kumpulan Pemuda Mekarsari Dusun Candi dan Prengguk. Kegiatannya yaitu pembuatan pupuk cair serta pembudidayaan tumbuhan bunga.

“Kami juga menggandeng perjaka Mekarsari Dusun Candi dan Prengguk untuk melaksanakan pembudidayaan bunga-bungaan, Mas. Nanti ditanam di pinggir jalan untuk memperindah jalan,” tuturnya.
(Penanaman pohon sirsak dan srikaya oleh para perjaka Desa Tegalrejo/ Dok. KBA Tegalrejo)

Selain acara pilar tersebut, tak ketinggalan juga dalam acara pilar kewirausahaan. Suryanti menjelaskan, bahwa para pegiat KBA gotong royong dengan masyarakat juga sudah menjalankan aneka macam kegiatan dalam bidang kewirausahaan. Selain batik, potensi besar lainnya yang sedang digarap oleh masyarakat Desa Tegalrejo yaitu dalam hal kuliner.

Lebih lanjut, ia juga menjelaskan, bahwa di Desa Tegalrejo telah terbentuk Kelompok Olahan Pisang “Dapur Keripik” yang berpusat di Dusun Ngipik, Desa Tegalrejo. Beberapa kegiatan yang dilakukannya yaitu training dan pendampingan perihal pengolahan pisang. Melalui acara ini, diperlukan masyarakat sanggup menyulap pisang sebagai salah satu buah lokal Desa Tegalrejo menjadi sesuatu yang bernilai lebih.

Ketua Kelompok Olahan Pisang “Dapur Keripik”, Tugiman (44) menuturkan, bahwa produk utama yang dihasilkan oleh kelompoknya ketika ini yaitu keripik pisang. Menurutnya, kuliner dari pisang yang diiris tipis kemudian digoreng dengan memakai tepung bumbu ini sejatinya telah usang diproduksi oleh masyarakat. Namun, semenjak hadirnya acara KBA, sekarang produksi keripik pisang di desanya bermetamorfosis semakin inovatif. Terlihat dari banyaknya varian rasa keripik pisang yang dihasilkannya.

“Nah, ini keripik pisang wijen, Mas. Silakan dicoba, dijamin rasanya niscaya gurih..” katanya ketika memperlihatkan salah satu varian keripik pisang hasil produksinya.

Pria yang menjabat sebagai kepala Dusun Ngipik ini juga mengungkapkan, bahwa anggota kelompoknya sangat terbantu dengan sentuhan program-program KBA. Selain training dan pendampingan perihal pengolahan pisang, beberapa waktu yang kemudian kelompoknya juga menerima pemberian dari Astra berupa alat-alat penggorengan senilai Rp 25 juta.
(Anggota kelompok “Dapur Keripik” ketika mendapatkan pemberian dari acara KBA/ Dok. KBA Tegalrejo)

Saat ini, UMKM yang dikelolanya pun semakin produktif. Makanan olahan pisang yang dihasilkannya tidak hanya dipasarkan di kawasan Gedangsari saja, melainkan juga hingga ke kawasan Bayat, Kabupaten Klaten.

Alhamdu lillah, Mas. Keripik pisang kami juga sudah dipasarkan hingga ke Bayat,” kata laki-laki yang usianya sebaya dengan Rico Ceper ini dengan penuh semangat.

Ke depan, Tugiman pun sangat berharap semoga “Dapur Keripik” yang dikelolanya semakin berkembang, sehingga semakin menyejahterakan para anggotanya. Senada dengan harapan Suryanti, Dwi, serta pegiat KBA lainnya yang senantiasa berjuang menebar asa kepada masyarakat semoga kampungnya menjadi desa yang lebih sanggup bangkit diatas kaki sendiri dan sejahtera.

Memang, tak ada maritim yang tidak berombak, tak ada gunung yang tidak berbatu, dan tak ada langit yang tidak pernah mendung kelabu. Setiap usaha niscaya ada hambatan. Demikian juga dengan Suryanti dan kawan-kawannya. Sesekali, para pegiat KBA ini masih menemui segelintir warga yang memandang sebelah mata terhadap apa yang mereka lakukan.

“Namanya masyarakat kan bermacam-macam, Mas. Ada yang bilang, ngapain capek-capek (jadi pegiat KBA) kalau nggak dibayar..” kata Suryanti mengungkapkan salah satu hambatan yang ia hadapi ketika menjadi pegiat KBA selama ini.

Namun, bukan pegiat namanya kalau gampang putus asa. Justru sebaliknya, hambatan-hambatan tersebut mereka jadikan sebagai pelecut semangat. Dengan penuh ketulusan dan semangat, mereka pun saling bekerjsama untuk terus mewujudkan program-program KBA. Melalui KBA, mereka yakin, kampung halamannya tak usang lagi akan menjadi wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif melalui aneka macam potensi yang ada, mulai dari eloknya batik hingga gurihnya keripik.


***

*Tulisan ini diikutsertakan dalam Anugerah Pewarta Astra 2018



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinopsis Film Drama Korea Thirty But Seventeen ( Still 17) Episode 1 Bab 1

Sinopsis Thirty But Seventeen ( STILL 17) Episode 1 Part 1 Penulis Sinopsis : Dewi F Bermula ada seorang remaja pria yang sedang menggambar di atas kanvasnya, Ia berjulukan Gong Woo Jin. Terdengarlah bunyi anak kecil yang bertanya “ Paman sedang menggambar apa? Makanan?” dengan penuh rasa penasarannya. “ Bukan, tapi gambar seseorang” jawabnya. Rasa ingin tau anak kecil itu begitu besar “ Siapa dia?” tanya nya lagi. Woo Jin mengingat momen pertemuannya dengan gadis yang digambarnya dan menjelaskan awal mula pertemuannya. Ia tidak mengenal gadis iti, sehingga mmebuatnya penasarana ketika bertemu dengannya. Di malam hari Woojin sedang bersepedah seorang diri, tanpa sengaja ia melihat gadis yang melewati jembatan penyebrangan. Gadis itu melihat ke arah bulan sambil tersenyum dengan manis, sehingga membuatnya terpana. Hari selanjutnya Woojin melihat gadis itu lagi sedang sibuk membaca buku sambil berjalan tidak memperhatikan disekitarnya. Kebetulan ketika itu ada ahjumm...

Event Dan Promosi Seru Dari Lenovo Yang Dapat Kita Ikuti Dengan Bermodalkan Laptop

(Image Source: www.lenovo.com) Ada banyak cara yang sanggup dilakukan dalam melaksanakan sebuah promosi barang atau jasa. Seperti contohnya dengan mengadakan event yang secara tidak pribadi juga sanggup dipakai untuk mempromosikan produk tertentu. Bisa juga dengan melaksanakan acara sosial yang didukung dengan memakai kelebihan yang dimiliki oleh barang-barang tertentu. Lenovo sebagai salah satu perusahaan teknologi yang banyak memproduksi barang elektronik termasuk yang juga sering mengadakan event dan melaksanakan kegiatan promosi. Ada banyak kegiatan dari Lenovo yang sanggup kita ikut hanya dengan bermodalkan laptop saja. Berikut ini beberapa event dan kegiatan promosi seru yang pernah bahkan rutin dilakukan oleh Lenovo, khususnya di Indonesia. Turnamen E-Sports Lenovo merupakan salah satu produsen laptop yang juga pernah menjadi sponsor dalam penyelenggaraan turnamen E-Sports. Sponsorship Lenovo dalam hal ini secara tidak pribadi juga sanggup bermanfaat se...

Review Kelebihan Dan Spesifikasi Ac Sharp Cv-P10tcy

Sharp dengan aneka macam produk keluarannya berhasil memikat masyarakat berkat kualitasnya yang tak perlu diragukan lagi. Salah satu produk terbaik dari Sharp yang menjadi andalan yaitu AC Sharp, contohnya Sharp CV-P10TCY. Spesifikasi AC Sharp CV-P10TCY dikenal mempunyai kualitas terbaik dan tahan usang sehingga banyak dipilih oleh aneka macam lapisan masyarakat. Tentang AC Sharp CV-P10TCY telah terbukti lulus uji standar kualitas Jepang yang sangat ketat. Pengujian kualitas AC menurut standar Jepang ini membuatnya memperoleh akta 7 dukungan atau 7 shields berkualitas Jepang yang memang dikenal tinggi. Alhasil, AC mempunyai ketahanan tinggi serta perlindungan yang menyeluruh untuk aneka macam situasi kondisi. Ingin tahu lebih jauh? Mari simak ac sharp harga dan spesifikasi berikut ini.  Proteksi Menyeluruh AC Sharp CV-P10TCY 1. Aman dan Terlindungi dari Petir Saat terjadi sambaran petir, maka anutan listrik di dalam suatu bangunan gedung pun menjadi terganggu dan...